Sistem Komunikasi Indonesia (4)

LEDAKAN KOMUNIKASI

Saat ini kita telah memasuki era yang disebut ”Revolusi Komunikasi” dari Daniel Lerner, ”Masyarakat Pasca Industri” (The Post Industrial Society) dari Daniel Bell, ”Abad Komunikasi” atau ”Gelombang Ketiga” (The Third Wave) dari Alvin Toffler. Salah satu ciri yang menyertai berbagai sebutan era dari para ahli tersebut adalah penggunaan alat komunikasi sebagai media yang sangat penting di dalam pergaulan manusia. Globalisasi sendiri telah memporakporandakan sebuah negara yang berusaha mengisolasi diri dari pergaulan dunia, bahkan Marshall McLuhan mengatakan bahwa kita telah memasuki Global Village (kampung global).

Global Village artinya dunia diibaratkan sebuah kampung dengan suatu ciri apa yang terjadi di sebuah wilayah negara dalam waktu singkat segera diketahui oleh negara lain. Sama persis suatu kejadian yang ada di sebuah sudut kampung dalam waktu singkat cepat diketahui oleh seluruh masyarakat di kampung tersebut.

Menurut Collin Cherry kasus semacam itu sering diistilahkan dengan ledakan komunikasi massa. Ledakan komunikasi massa ternyata membawa implikasi geografis dan geometris. Implikasi geografis artinya suatu negara pada akhirnya akan terseret arus pada jaringan komunikasi dunia. Sedangkan implikasi geometris adalah berlipatnya jumlah lalu lintas pesan yang dibawa dalam sistem komunikasi yang jumlahnya berlipat-lipat. Saat ini kita tidak bisa membayangkan bahwa satelit kita dilewati (menjadi perantara) banyak informasi dan pesan.

Berbagai perkembangan komunikasi tersebut sebenarnya merupakan proses yang terus menerus diperbaharui dari hari ke hari. Kalau dahulu sistem komunikasi dilakukan lewat pelayanan pos (Curtus Publicus) yang terjadi di kota Roma, kemudian berkembang menjadi lebih maju dengan ditemukannya telegraf satu abad sesudahnya, penemuan kristal transistor pada 1948, satelit dan saat ini sudah ada bentuk komunikasi yang semakin canggih dengan menggunakan istilah electronic memory chips (chips) berupa peralatan mikro komputer.

Daniel Lerner, dalam tulisannya yang berjudul Technology, Communication, and Change pada 1976, mencatat lima revolusi komunikasi yang pernah terjadi di dunia sebelum tahun 1975. Lima revolusi komunikasi tersebut yakni sebagai berikut.


Teknologi

Media

Rentang < 1975

Mesin cetak/ press

cetak

+ 500 tahun

Kamera/ film

visual

100 tahun

Transmitter/ tabung hampa

audio

50 tahun

Transistor/ tabung gambar

Audio visual

20 tahun

Satelit

Jaringan dunia

10 tahun

Setiap revolusi komunikasi berbeda rentang waktunya. Seperti, antara revolusi pertama ke revolusi kedua membutuhkan waktu lebih dari 400 tahun. Waktu selama empat abad itu dibutuhkan untuk mengembangkan sebuah kelas sosial yang bisa memanfaatkan teknologi cetak tersebut.

Di Indonesia perkembangan tersebut juga terasa sekali. Komunikasi antarpersona yang dahulu menjadi andalan dalam proses komunikasi lambat laun posisinya sudah tergeser oleh media radio dan surat kabar yang digunakan untuk alat perjuangan. Kemudian tergeser oleh peran media televisi ketika di tanah air sudah ada siaran televisi pada 1962.


A. Komunikasi sebagai Proses Sosial

Dalam hubungannya dengan proses sosial, komunikasi menjadi sebuah cara dalam melakukan perubahan sosial (social change). Komunikasi berperan menjembatani perbedaan dalam masyarakat karena mampu merekatkan kembali sistem sosial masyarakat dalam usahanya melakukan perubahan. Namun begitu, komunikasi juga tak akan lepas dari konteks sosialnya. Artinya ia akan diwarnai oleh sikap, perilaku, pola, norma, pranata masyarakatnya. Jadi keduanya saling mempengaruhi dan saling melengkapi, seperti halnya hubungan antara manusia dengan masyarakat.

Proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara berbagai kehidupan bersama (individu, masyarakat, organisasi, lembaga kemasyarakatan asosiasi dan lain).

Little john (1999), menjelaskan hal ini dalam genre interactionist theories. Dalam teori ini, dijelaskan bahwa memahami kehidupan sosial sebagai proses interaksi. Komunikasi (interaksi) merupakan sarana kita belajar berperilaku. Komunikasi merupakan perekat masyarakat. Masyarakat tidak akan ada tanpa komunikasi. Struktur sosial-struktur sosial diciptakan dan ditopang melalui interaksi. Bahasa yang dipakai dalam komunikasi adalah untuk menciptakan struktur-struktur sosial.


B. Komunikasi sebagai proses budaya

Dalam hubungannya dengan proses budaya komunikasi yang ditujukan kepada orang atau kelompok lain adalah sebuah pertukaran budaya. Dalam proses tersebut terkandung unsur-unsur kebudayaan, salah satunya adalah bahasa, sedangkan bahasa adalah alat komunikasi. Dengan demikian, komunikasi juga disebut sebagai proses budaya.

Koentjaraningrat (dalam Nurudin, 2004) menyatakan kebudayaan adalah keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya. Dari definisi tersebut layak diamati bahwa dalam kebudayaan itu ada; gagasan, budi dan karya manusia; gagasan dan karya manusia itu akan menjadi kebudayaan setelah sebelumnya dibiasakan dengan belajar. Memandang kebudayaan hanya dari segi hasil karyanya adalah tidak tepat. Demikian juga melihat sesuatu hanya dari gagasan manusia juga terlalu sempit. Dengan kata lain, kebudayaan menemukan bentuknya jika dipahami secara keseluruhan.


C. . Komunikasi sebagai proses politik

Oliver Garceau (dalam Dan Nimmo, 1994) menulis tentang proses politik sebagai pola interaksi yang berganda, setara, bekerja sama, dan bersaingan yang menghubungkan warga negara partisipan yang aktif dalam posisi utama pembuat keputusan. Serupa dengan Garceau, Nurudin (2004) menyatakan sebagai proses politik, komunikasi menjadi alat yang mampu mengalirkan pesan politik (tuntutan dan dukungan) ke kekuasaan untuk diproses. Proses itu kemudian dikeluarkan kembali dan selanjutnya menjadi umpan balik (feedback).

Komunikasi memiliki peran penting dalam perubahan politik di Indonesia. Dan komunikasi dipengaruhi oleh tradisi dan sejarah masa lalu.

Dewasa ini, contoh proses politik yang paling aktual dalam sistem politik kita adalah isu tentang harga bahan bakar minyak (BBM). Tuntutan-tuntutan pembatalan kenaikan harga BBM dari berbagai kalangan masyarakat (mahasiswa, partai politik, organisasi kemasyarakatan) ditujukan kepada wakil-wakil rakyat mereka yang duduk di DPR dan DPRD, juga kepada pemerintah eksekutif (presiden dan para pembantunya). Kemudian DPR mengadakan sidang paipurna untuk membahas isu ini.

Sebagai proses politik, komunikasi berperan menghubungkan bagian-bagian dari sistem politik. Gabriel Almond (dalam Alfian, 1994) mengibaratkan komunikasi sebagai aliran darah yang mengalirkan pesan-pesan politik yang berupa tuntutan, protes, dukungan ke jantung pemrosesan sistem politik.



Daftar Pustaka

Alfian, 1994, Komunikasi Politik dan Sistem Politik Indonesia, Gramedia, Jakarta

Dan Nimmo, 1984, Komunikasi Politik, Rosdakarya, Bandung

Nurudin , 2004, Sistem Komunikasi Indonesia, Rajawali Pers, Jakarta

Littlejohn, 1999, Theories of Human Communication 6th, Longman

Aini, Fitri, http://joenkbaenk.wordpress.com/category/koeliah-cui/, Senin, 9 April 2012, jam 23.00

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah : Media Critical Theory

MAKALAH TWITTER

Teori Komunikasi BAB III Tradisi-tradisi Komunikasi (Semiotika, Fenomenologi, Sibernetika, Sosiopsikologi)