Psikologi Komunkasi : Sistem Komunikasi Massa

1. PENGERTIAN KOMUNIKASI MASSA
Terdapat beberapa definisi mengenai komunikasi massa yang disampaikan oleh beberapa ahli diantaranya:
Menurut Bittner (1980:10)
“Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang.”
Menurut Garbner (1967)
“Komunikasi massa adalah produksi dan distribusi yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinyu serta paing luas dimiliki orang dalam masyarakat industry.”
Ruben (1992)
“Komunikasi massa adalah proses di mana informasi diciptakan dan disebarkan oleh organisasi untuk dikonsumsi oleh khalayak.”
Dari definisi-definisi diatas dapat diambil suatu rangkuman definisi bahwa komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau media elektronik sehingga pesan yang sama dapat disampaikan secara serempak dan sesaat. Atau dengan kata lain, komunikasi massa adalah proses penyampaian pesan yang berlangsung dimana pesannya dikirim dari sumber yang melembaga kepada klayak yang sifatnya missal melalui alat-alat yang bersifat mekanis.
Karena perbedaan teknis, maka sistem komunikasi massa juga mempunyai karakteristik psikologi yang khas dibandingkan dengan sistem komunikasi interpersonal. Hal ini tampak pada :
a. Pengendalian arus informasi
Mengendalikan arus informasi berarti mengatur jalannya pembicaraan yang disampaikan dan yang diterima. Pada komunikasi massa, seorang komunikator mengendalikan arus informasi sehingga menunjang persuasi yang efektif. Komunikator sulit untu menyesuaikan pesannya dengan reaksi komunikan.
b. Umpan balik
Umpan balik adalah pesan yang dikirim kembali dari penerima ke sumber, memberitahu sumber tentang reaksi penerima, dan memberikan landasan pada sumber untuk memberikan reaksi selanjutnya. Dalam komunikasi massa umpan balik (feedback) m
c. Stimulasi alat indra
Dalam komunikasi massa, stimuli alat indra bergantung pada media massa yang digunakan.
d. Proporsi unsur isi dengan hubungan
Dalam komunikasi massa lebih menekankan isi pesan dibandingkan dengan hubungan yang terjadi pada saat proses berkomunikasi berlangsung. Dengan kata lain dalam komunikasi massa lebih menekankan apa yang menjadi isi pesan dibandingkan dengan bagaimana penyampaian pesan tersebut berlangsung.

2. SEJARAH PENELITIAN EFEK KOMUNIKASI MASSA
McQuail merangkum semua penemuan penelitian sebagai berikut:
1. Ada kesepakatan bahwa bila efek terjadi, efek itu sering kali berbentuk peneguhan, sikap dan pendapat yang ada.
2. Efek berbeda beda tergantung pada prerstis atau penilaian terhadap sumber komunikasi.
3. Makin sempurna monopoli komunikasi massa makin kemungkinan besar perubahan pendapat dapat ditimbulkan pada arah yang dikehendaki.
4. Sejauh mana persoalan dianggap penting oleh kalayak akan mempengaruhi kemungkina pengaruh media massa.
5. Pemilihan dan penafsiran isi ileh kalayak dipengaruhi oleh pendapat dan kepentingan yang ada dan oleh norma-norma kelompok.
6. Struktur hubungan interpersonal pada lkalayak mengantarai arus isi komunikasi, membatasi dan menentukan efek yang terjadi.
Elisabeth Noelle Neumman berpendapat bahwa penemuan-penemuan terdahulu tidak memperhatikan factor penting dalam media massa. Ketiga factor tersebut adalah: Ubuquiti(serba ada), Kumulasi pesan, dan kseragaman wartawan

3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KHALAYAK PADA KOMUNIKASI MASSA
A. Teori DeFleur dan Ball-Rokeach tentang Pertemuan dengan Media
Menurut DeFleur dan Ball-Rokeach faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi orang terhadap media massa meliputi:
1) Organisasi personal-psikologis individu seperti potensi biologis, sikap, nilai, kepercayaan, serta bidang pengalaman yang berbeda pada setiap individunya. Perbedaan ini dapat menyebabkan pengaruh media massa yang berbeda pula.
2) Kelompok-kelompok social dimana individu menjadi anggota yang mempunyai reaksi pada stimuli tertentu cenderung sama. Setiap anggota dalam suatu kelompok cenderung memilih kisi komunikasi yang sama dan akan member respon kepadanya dengan cara yang hamper sama pula.
3) Hubungan-hubungan interpersonal pada proses penerimaan, pengelolaan, dan penyampaian informasi.
B. Pendekatan Motivasional dan Uses and Gratification
Menurut pendekatan ini, perbedaan motif dalam konsumsi media massa menyebabkan kita bereaksi pada media massa secara berbeda pula. Secara garis besar terdapat dua motif yaitu :
1) Motif Kognitif dan Gratifikasi Media
Pada kelompok kognitif yang berorientasi pada pemeliharaan keseimbangan, McGuire menyebut empat teori yaitu :
a. Teori konsistensi; menekankan kebutuhan individu untuk memelihara orientasi eksternal pada lingkungan. Komunikasi massa mempunyai kecendrungan menyampaikan informasi yang menggoncangkan. Tetapi, pada saat yang sama, karena individu mempunyai kebebasan untuk memilih isi media, media massa memberikan banyak peluang untuk memenuhi kebutuhan akan konsistensi.
b. Teori atribusi; memandang individu sebagai psikolog amatir yang mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada berbagai peristiwa yang dihadapinya. Respon yang kita berikan pada suatu peristiwa akan bergantung pada nterpretasi kita terhadap peristiwa tersebut.
c. Teori kategorisasi; menjelaskan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan kategori internal dalam diri kita. Isi komunikasi massa, yang disusun berdasarkan alur-alur cerita yang tertentu, dengan mudah diasimilasikan pada kategori yang ada.
d. Teori objektifikasi; menerangkan upaya manusia untuk memberikan makna tentang dunia berdasarkan hal-hal eksternal. Menyatakan bahwa kita mengambil kesimpulan tentang diri kita dari perilaku yang tampak.
2) Motif Afektif dan Grafitikasi Media
Teori yang berkaitan dengan motif ini antara lain :
a. Teori reduksi tegangan; memandang manusia sebagai sistem tegangan yang memperoleh kepuasan pada pengurangan tegangan. Menurut kerangka teori ini, komunikasi massa menyalurkan kecendrungan deskruktif manusia dengan menyajikan peristiwa-peristiwa atau adegan-adegan kekerasan.
b. Teori ekspresif; menyatakan bahwa orang memperoleh kepuasan dalam mengungkapkan eksistensi dirinya, menampakkan perasaan dan keyakinan dirinya. Komunikasi massa mempermudah orang untuk berfantasi, melalui identifikasi dengan tokoh-tokoh yang disajikan sehingga orang secara tidak langsung mengungkapkan perasaannya.
c. Teori ego-defensif; beranggapan bahwa dalam hidup ini kita mengembangkan citra diri yang tertentu dan kita berusaha untuk mempertahankan citra diri ini serta berusaha hidup sesuai dengan diri dan dunia kita. Dari media massa kita memperoleh informasi untuk membangun konsep diri kita serta pandangan tentang dunia dan juga hubungan sosial. Komunikasi massa membantu memperkokoh konsep diri. Komunikasi massa memberikan bantuan dalam melakukan teknik-teknik pertahanan ego.
d. Teori peneguhan; memandang manusia sebagai makhluk yang selalu mengemabngkan seluruh potensi dirinya untuk memperoleh penghargaan dari dirinya dan dari orang lain. Komunikasi massa merupakan intitusi pendidikan yang menyediakan informasi dan keterampilan yang membantu orang umtuk menaklukkan dunia dan juga memberikan kesempatan kepada khalayak untuk mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh yang berkuasa.

4. EFEK KOMUNIKASI MASSA
A. Efek Kehadiran Media Massa
Menurut Steven H. Chaffee menyebut lima hal yang menjadi efek kehadiran media massa yaitu :
(1) Efek ekonomis, kehadiran media massa menggerakkan berbagai usaha seperti usaha pensuplai kertas koran, percetakan dan lain sebagainya.
(2) Efek sosial, berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media massa.
(3) Efek pada penjadwalan kegiatan
(4) Efek pada penyaluran/penghilangan perasaan tertentu
(5) Efek pada perasaan orang terhadap media
B. Efek Kognitif Komunikasi Massa
(1) Pembentukan dan perubahan citra, komunikasi massa memberikan informasi, perincian, analisis, dan tinjauan mendalam tentang berbagai peristiwa sehingga dapat membentuk citra sesuatu bahkan mengubah citra tersebut. Perubahan citra seringkali disusul oleh perubahan perilaku.
(2) Agenda setting, kemampuan media massa untuk mempengaruhi apa yang dianggap penting oleh masyarakat. Pada teori agenda setting memiliki asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel dan tulisan yang akan disiarkannya.
(3) Efek prososial kognitif, media memberikan informasi kepada khalayak dan khalayak merasa informasi yang diterima bermanfaat sesuai dengan kehendak khalayak itu sendiri.
C. Efek Afektif Komunikasi Massa
(1) Pembentukkan dan perubahan sikap, informasi yang disampaikan melalui media massa dapat membentuk sikap seseorang terhadap sesuatu yang diinformasikan, contohnya membentuk sikap pro KPK dalam kasus KPK dan POLRI setelah diberitakan di televisi. Sebagian besar masyarakat membentuk sikap antipati kepada POLRI karena dianggap ingin menjatuhkan KPK. Selain itu, informasi tersebut juga dapat mengubah sikap seseorang yang mungkin asalnya biasa-biasa saja kepada POLRI berubah menjadi antipati.
(2) Rangsangan emosional, rangsangan yang terdapat dalam sebuah informasi (seperti film, novel, sandiwara) yang disampaikan melalui media massa yang digunakan untuk menyentuh emosi kita. Rangsangan emosional memiliki lima faktor yaitu:
Suasana emosional, suatu film akan dirasa sangat mengahrukan ketika kita telah mengalami hal yang menyedihkan sebelumnya.
Skema kognitif, yaitu semacam “naskah” pada pikiran kita yang menjelaskan “alur” peristiwa, dapat dikatakan pula konsep awal suatu peristiwa yang sebelumnya pernah kita alami atau bayangkan. Misalnya pada skema kognitif kita bahwa orang baik akan selalu menang membuat kita tidak terlalu cemas ketika menonton film dan tokoh tersebut sedang terdesak karena merasa bahwa kebaikan akan selalu menang.
Suasana terpaan (setting of exposure), merupakan suasana lingkungan saat kita menonton sebuah film. Selain itu juga dapat berupa respon dari orang lain pada saat menonton juga akan mempengaruhi.
Predisposisi individual, mengacu pada karakteristik pribadi seseorang. Ketika seseorang mempunyai karakter yang melankolis maka cenderung akan menanggapi suatu film secara lebih dramatis. Satu acara akan ditanggapi berbeda oleh orang yang berbeda, karena setiap karakteristik orang berbeda-beda.
Tingkat identifikasi, menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa.
(3) Rangsangan seksual, disebabkan oleh adegan-adegan merangsang dalam media massa. Objek yang netral dapat menjadi stimuli erotis (stimuli yang membangkitkan gairah seksual) hanya karena proses pelaziman, imajinasi, dan pengalaman yang bermacam-macam.
D. Efek Behavioral Komunikasi Massa
(1) Efek prososial behavioral, memiliki keterampilan yang bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun orang lain yang didapat dari media massa karena media massa juga dapat dijadikan sebagai alat pendidikan.
(2) Agresi, film kekerasan mengajari agresi, mengurangi kendali moral penontonnya, dan menumpulkan perasaan mereka. Karena manusia akan lebih tertarik untuk mengikuti sesuatu yang ditampilkan dan menarik bagi mereka.
Secara singkat penelitian tentang efek adega kekerasan dalam film atau televisi dapat disimpilkan dalam tiga tahap.
1.( Observational Learning), mula-mula penonton mempelajari mrtode agresi sbg contoh.
2. (Disinhibition), kemampuan penonton mengendalian dirinya berkurang.
3.( Desensitization), mereka tidak lagi tersentuh oleh orang yang menjadi korban agresi.


Teori efek-efek Sosial Komunikasi Massa :
• Teori INNis
Media mempengaruhi bentuk-bentuk organisasi Sosial. Setiap media mempunyai kecendrungan membentuk riang dan waktu.
• Mc. Luhan (Teori Medium is the Message)
Bahasa sangat berpengaruh dalam pola pikir manusia.
• Gerbner (Mainstreaming)
Mainstraming artinya mengikuti arus. Maksudnya adlah kesamaan diantara pemirsa berat padaberbagai kelompok demografis dan perbedaan dari kesamaan itu pada pemirsa ringan.
• David P Pilip (Teori Imitasi dan Sugesti)
Pemggunaan Kerangka teori imitasi pada efek media massa terhadap masyarakat. Pilip menyebutka enam karakteristik penularan kultural, yakni:
1. Periode Inkubasi
Kemunculan gejala penyakit
2. Imunisasi
Salah stu cara menghindari penyakit
3. Penularan kusus atau umum.
Dalam penularan biologis mikroorganisme tertentu hanya dapat menyebabkan penyakit tertentu.
4. Kerentanan untuk ditulari.
Orang yang terganggu kesehatan biologisnya rentan terkena penyakit.
5. Media infeksi
Beberapa penyakit dapat secara efektif ditukarkan okeh nedia terntu.
6. Karantina
Penghentian penyakit dapat dilakukan dengan mengkarantina orang yang sakit tersebut.
Tapi menurut pilip analogi ini bekun tentu benar. Masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah : Media Critical Theory

Teori Komunikasi BAB III Tradisi-tradisi Komunikasi (Semiotika, Fenomenologi, Sibernetika, Sosiopsikologi)

MAKALAH TWITTER