Jilbab Gaul Vs Jilbab Syar'i



Jilbab. Everybody knows it. Benda yang menutup kepala ini sering juga disebut tudung, kudung, kerudung, etc. Nowadays, sering kita melihat muslimah berjilbab—di sekolah, di kampus, di pasar and in other public places. It means, jilbab bukan barang asing lagi bagi masyarakat. Bandingkan dengan kondisi jilbab 10 years ago or exactly during pemerintahan presiden Soeharto. Bukankah kita sulit menemui muslimah berjilbab? Saat itu muslimah memang tidak diberi kebebasan (baca: dilarang) untuk mengenakan jilbab terutama di sekolah, di kampus, di instansi pemerintahan, etc. (Duuh…sedih ya, katanya ini negeri muslim, tapi orang islamnya sendiri ‘terjajah’?)
Ketika reformasi (apa ‘repot nasi’?) datang, the freedom to use jilbab, akhirnya dapat kita peroleh—dengan serangkaian perjuangan yang panjang tentunya. Jilbaber (muslimah berjilbab) pun sudah tidak memandang golongan lagi. Mulai dari pelajar, mahasiswa, guru, pegawai pemerintahan, ibu-ibu pejabat yang terhormat, hingga para selebritis pun ‘rame-rame’ pake jilbab.

But, sahabat2, jika kita perhatikan, dibalik semaraknya penggunaan jilbab saat ini, ada sesuatu yang ‘mengerikan’ (Oow…apa itu?). Ada ‘penurunan kualitas’ jilbab saat ini. Jika dulu, muslimah yang berjilbab tidak banyak namun insyaAllah berjilbab dengan benar sesuai dengan syari’at, maka sekarang sebaliknya. Muslimah yang berjilbab banyak, namun jilbabnya belum sesuai dengan syari’at. 

Betapa sering kita melihat muslimah yang kepalanya tertutup—bahkan seluruh tubuhnya, namun auratnya malah semakin nampak. Jilbabnya transparan, pendek, lalu diikatkan ke leher. Jilbab with this style is called Jilbab Gaul. 

JILBAB GAUL itu… 

Jilbab Gaul in Abu Al-Ghifari’s view dalam bukunya Kudung Gaul, Berjilbab Tapi Telanjang, defined as jilbab yang masih menampakkan aurat sebab ukurannya yang teramat pendek, tipis transparan dan dililitkan ke leher sehingga dadanya nampak. Mengapa disebut ‘Jilbab Gaul’? Berhubung jilbab sudah menjadi trend dalam pergaulan, maka supaya disebut gaul dan trendy, dipakailah jilbab jenis ini, dan karena alasan berjilbabnya pun hanya untuk ‘gaul’ maka disebutlah jilbab ini sebagai jilbab gaul. 

Pengguna jilbab like that usually uses kaos/kemeja/baju yang ketat dan dipadukan dengan celana (biasanya jeans) yang super ketat pula. Sehingga lekuk tubuh dari muslimah ini terlihat dengan jelas. 

Jilbab semacam ini adalah jilbab yang tidak syar’i. In other words tidak sesuai dengan apa yang Allah tetapkan atasnya. 

Lalu, bagaimana dengan Jilbab Syar’i? 

Allah telah menjelaskannya dalam surah An-Nur ayat 31: 

"Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya…" 

Dengan demikian jilbab yang syar’i mesti terhulur sampai ke dada, hingga tidak ada sesuatu yang terlihat, erm…’menonjol’ daripadanya. 

Jilbab syar’i mesti dipadukan dengan pakaian yang syar’i pula. Pakaian yang syar’i salah satu cirinya adalah tidak menampakkanbentuk tubuh. Adalah sia-sia if seorang muslimah covers her head but the clothes she uses masih menampakkan aurat—transparan, ketat ‘mencetak’ sehingga lekuk2 tubuhnya terlihat. 

Rasulullah SAW bersabda: "Dari ‘Aisyah ra bahwasanya Asma binti Abu Bakar ke tempat Rasulullah dan dia (Asma) memakai pakaian tipis. Maka Rasulullah berpaling seraya bersabda, ‘Hai Asma, sesungguhnya apabila perempuan telah dewasa, tidak menampakkan sesuatu darinya kecuali ini dan ini’, sambil Rasulullah menunjukkan muka dan telapak tangan hingga pergelangan tangan." (HR. Abu Dawud) 

Kalaulah sekarang ini kita sering menjumpai muslimah dengan style jilbab gaul, maka hakikatnya muslimah tersebut belum menutup aurat. 

Memang, disisi lain kita patut bersyukur dengan perkembangan jilbab saat ini. Juga bersykur karena kita mendapatkan kebebasan untuk menggunakannya everywhere. Namun, kebebasan ini bukan berarti"suka-suka gue". Jilbab adalah perintah Allah dan Allah pula telah menetapkan aturan-aturannya. 

How beautiful seandainya seluruh muslimah berjilbab dengan benar dan pakaiannya dapat menutup aurat dengan sempurna. Jilbab yang panjang, yang terhulur hingga ke dada bukanlah penghalang bagi muslimah dalam beraktivitas (sering kita dengar alasan seperti itu). 

Sesungguhnya peraturan yang Allah tetapkan itu semuanya demi kebaikan kita. Dengan segala KemahatahuanNya, Allah turunkan perhiasan (pakaian) terbaik bagi muslimah yang dengannya terlindunglah kita dari berbagai fitnah. Maka, ketika seorang muslimah break the rules atau lari dari ketentuanNya, hakikatnya dia sedang mencelakakan dirinya sendiri. 

Wahai muslimah, mari sempurnakan cara menutup aurat kita, syukuri kebebasan berjilbab saat ini dengan menggunakan jilbab syar’i dan tinggalkan jilbab gaul itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah : Media Critical Theory

Teori Komunikasi BAB III Tradisi-tradisi Komunikasi (Semiotika, Fenomenologi, Sibernetika, Sosiopsikologi)

MAKALAH TWITTER